ISA- Institute of Spirituality in Asia- sebagai suatu Institusi Spiritual Akademis di Asia kembali menyelenggarakan Forum Spiritual Asia di Manila-Filipina. Forum Spiritual Asia yang ke-18 ini dilaksanakan di Saint Paul University Manila pada tanggal 1-3 Agustus 2018. Titik fokus Forum Spiritual Asia tahun 2018 ini adalah Orang Muda dan Panggilan, alasannya karena kegiatan tahunan berkonteks Gereja Katolik di benua Asia ini merupakan suatu bentuk tindak lanjut terhadap tema yang dipilih Paus Fransiskus untuk Sinode Para Uskup XV tentang Panggilan Kaum Muda (Young People, the Faith, and Vocational Discernment).
Dalam terang tema tersebut, Forum Spiritual Asia ini diadakan dengan maksud menghimpun dan memberi ruang kepada Orang Muda Katolik Asia dan pihak-pihak yang selama ini berkecimpung dalam dunia kaum muda-mudi Asia guna mensharingkan pengalaman hidup dan kiprah perjuangan mereka, khususnya dalam konteks pelayanan Orang Muda Katolik sebagai upaya untuk turut mengambil bagian dalam upaya membangun bangsa dan Gereja serta kehidupan sosial.
Tema yang dipilih untuk Forum tahun ini adalah “LISTENING TO THE YOUTH, DISCERNING THE SPIRIT: SPIRITUAL PROCESS OF THE YOUTH IN AN UNKNOWN WORLD” (Mendengarkan Orang Muda dan Penjernihan Roh: Suatu Proses Spiritual bagi Orang Muda di tengah suatu Dunia yang tak pasti). Panitia mengundang beberapa Orang Muda dari berbagai latar belakang Negara, Lembaga dan bentuk karya pelayanan untuk membagikan pengalaman mereka terkait hidup dan kiprah pelayanan mereka selama ini dalam dunia orang muda. Ada dua sesi sharing setiap hari selama forum tiga hari ini. Sharing pengalaman pribadi dari wakil orang muda dirangkai dengan proses internalisasi dan pencerahan spiritual dari beberapa nara sumber (Resource Speakers) sekaligus Pendamping Spiritual (Spiritual Directors).
Hadir dalam Forum tiga hari ini utusan-utusan Orang Muda dan tokoh-tokoh kaum muda baik religius maupun awam yang selama ini berkiprah dalam pelayanan Orang Muda di berbagai Negara di Asia. Hadir juga utusan Orang Muda Katolik dari Amerika Serikat dan Belanda. Hadir beberapa peserta dari Indonesia termasuk share-person, keynote speaker dan Spiritual Director untuk hari kedua Forum Asia ini: Ms. Maria Regina Tjiumena – Wakil Koordinator BPK PKK KAJ dan Tim Inti Badan Pelayanan Nasional Pembaharuan Karismatik Katolik Indonesiayang menjadi share-person dari orang muda Indonesia dan Pastor Dr. John Masneno, SVD –Sekretaris Eksekutif Sumur Yakub dan Spiritual Director Komunitas Eco Spiritual Transformatif Orang Muda Sumur Yakub Indo-Leste yang menjadi keynote speaker dan Spiritual Direktor pada hari kedua Forum Spiritual ini.
Mark Conrad R. Ravanzo, co-founder dari I Am MAD (Making a Difference)mensharingkan pengalamannya pada sesi pertamahari pertamamengenai perjuangan hidupnya sebagai seorang anak piatu sejak kecil yang kemudian menjadi cikal bakal karya sosialnya sekarang dalam upaya membantu anak-anak yang senasib dengan dia agar hidup mereka pun bisa lebih cerah. Sesuai sub-topik Listening to the Youth, Discrening the Spirit Fr. Art Borja, SJ, seorangClinical Psychologist, Spiritual Director and Chaplain Xavier School, Greenhills mengarahkan para peserta menyadari pentingnya membuat discerment –pembedaan Roh berdasarkan data-data empiris berupa fakta yang terjadi agar bisa hidup dan berkarya menurut tuntunan Roh, bukan berdasarkan keinginan manusiawi duniawi. Pastor Borja menjadikan pengalaman Mark Ravanzo sebagai contoh bagus bagaimana memiliki kepekaan terhadap tuntunan Roh Allah sehingga dia mampu memaknai secara positif pengalaman hidupnya dan dijadikan inspirasi untuk karya sosial yang sekarang dikerjakannya.
Pada sesi kedua dengan sub-topik Spiritual Encounters in Youth Sports–and Education dibawakan oleh Maria Caterina Christina R.Lopa-Juris Doctor and Associate Lawyer,Managing DirectorofGirls Got Game Philippines,Women’s Basketball PlayerofAteneo de Manila University;Noli Ayo- Athletic DirectorofAntaneo de Davao University,Founder of Mindanao Peace Games; Ms. Sabrina Ongkiko-Teacher, Science and English School Librarian; dan Atty. Rene “Revo” Saguisag, Jr.- Executive Director, University Athletic Association of the Philippines. Merekamembagikan pengalamanmereka mengenai peranguru dan atletsebagai ‘influencers’yang mampu memberikan impactkepada orang-orang yang dibimbing. Merekamengakuibahwa sebagai guru dan coach, mereka sendiri perlu memiliki spirit dan visi misi dalam proses pendampingan yang kemudian ditransferkan kepada anak-anak bimbingan mereka saat proses pendampingan.Mereka juga menggaris-bawahi peran pentingkesaksian hidup pribadi guru dan coach yang menjadi segalanya karena kesaksian hidup mempresentasikan visi misi, tujuan dan spirit di balik kehidupan seseorang.
Sesi pertama di hari kedua dibawakan oleh Christian Esguerra-Jounalist and News AnchorofABS-CBN Corporation,Assistant ProfessorofUniversity of Santo Thomas;dan Ma. Angela B. Ureta, aO.Carm.- Communications and Strategic Planning Consultant,and Former Executive Producer, in ABS-CBN News and Current Affairs. Di bawah sub-topik Media Education as Spiritual Formation, kedua journalist ABC-CBN ini mensharingkan pengalaman dan perjuangan hidup dan karya mereka sebagai journalist yang bekerja di bawah kode etik jurnalistik yang berlaku dan kadang bahkan seringkali mereka harus dihadapkan pada tantangan dan kesulitan. Karena itu mereka menegaskan pentingnya membiarkan diri dituntun oleh Roh Kebenaran sehingga berani bersuara sekalipun harus berhadapan dengan godaan, tantangan dan kesulitan yang senantiasa menghadang. Mereka menyadari diri sebagai pembentuk opini public, mereka terus berupaya mempresentasikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran melalui pemberitaan-pemberitaan mereka serta menghindari segala bentuk pemberitaan yang sifat menyesatkan publik hanya demi kepentingan tertentu.
Pada sesi kedua yang dibawakan oleh Tim Indonesia dengan sub-topik Dialogue within dialogue: Youth in a Pluralistic Society. Ms Maria Tjiumena mensharingkan kisah hidupnya pada masa remaja yang menjadi cikal bakal karya-karya pelayanannya saat ini di dunia kepemudaan di Indonesia dan di beberapa kelompok orang muda di Negara lain seperti Australia, Singapura dan lain-lain. Bermula dari pengalaman pribadi, Maria kemudian merasa terpanggil untuk melayani orang muda agar mereka dituntun ke jalan yang baik dan benar demi masa depan mereka yang cerah. Maria juga mensharingkan untung-malang yang mereka hadapi dalam melayani orang muda karena orang muda punya cara tersendiri dalam mengeskpresikan kerohanian mereka. Maka menurut Maria, kita perlu mengetahui dan masuk melalui pintu mau-maunya mereka (enter through their door) sambil tetap menampilkan pesan luhur yang hendak dipresentasikan kepada mereka.
Pada sesi pendalaman sharing dan pencerahan spiritual,Pastor John Masneno mengajak para peserta merenungkan hikmah spiritual di balik kisah hidup dan karya Ms. Maria bahwa setiap orang memiliki kisah kehidupan entah bersama sesamanya maupun bersama Tuhan dalam perjalanan hidupnya. Tiap pengalaman punya pesan yang bisa dijadikan guru untuk langkah hidup selanjutnya. Karena itu kita perlu merenungkan pengalaman-pengalaman kita guna menemukan pesan sosial dan spiritual di balik setiap pengalaman hidup yang dialami. Dan karena pengalaman kita berbeda-berbeda maka diperlukan sikap terbuka dan kerelaan untuk saling mendengarkan, memahami dan memperkaya satu sama lain. Hal ini berlaku juga dalam hidup bersama yang ditandai aneka latar belakang dan perbedaan(pluralistic society). Sebab itu dibutuhkan peran penting nilai-nilai universal sebagai kompas penuntun dalam kebersamaan hidup dan kiprah pengabdian. Mengacu pada nilai-nilai luhur dan universal yang terkandung dalam Pancasila yang mampu menyatukan bangsa Indonesia yang sangat pluralistik dalam berbagai segi, alumnus Institute of Spirituality in Asia ini mengajak para peserta menyadari bahwa sebenarnya fenomen pluralisme dan multi dimensi hidup ada di mana-mana. Demikian pun upaya menghadirkan dan menjadikan nilai-nilai universal juga tentu ada di setiap wadah bersama baik dalam konteks sosial, budaya, polituk maupun dalam konteks hidup religius karena setiap wadah yang baik dan benar tentu menghendaki persatuan, persaudaraan dan kesejahteraan bersama.
Maka perlu disadari dan dihayati nilai-nilai universal yang dimiliki oleh setiap wadah bersama, entah sebagai suatu bangsa maupun lembaga atau komunitas hidup bersama. Dan yang terpenting dari semuanya itu yakni niat mulia untuk berjuang bersama mewujud-nyatakan nilai-nilai kehidupan itu demi terciptakaan keharmonisan bersama. Dalam kaitan dengan hal tersebut, salah satu hal penting dalam kehidupan bersama yang ditandai sikon pluralistik-keanekaan yakni sikap terbuka, kemauan nan tulus menjaga persatuan dan kerelaan bekerja sama dengan iklas untuk mengupayakan kesejahteraan bersama – bonnum commune.
Pada sesi Open Forum, ada beberapa pertanyaan seputar kehidupan bersama di Indonesia yang pluralistik konteksnya dalam berbagai aspek kehidupan. Panitia memberikan kesempatan kepada beberapa peserta forum asal Indonesia untuk turut memberikan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan itu. Romo Albert Herwanta O.Carm., Rektor Unika Widya Karya Malang memberikan tanggapannya dari konteks pelayanannya di dunia pendidikan. Romo Chris Purba, Moderator BPK PKK KAJ dan Pastor Masneno menjelaskan dari konteks pelayanan orang muda. Selain terstimoni lanjut dari Ms. Maria tentang kegiatannya di kelompok Karismatik, ada juga kesaksian Ms. Gisella Wenas -dari Komunitas Muda Mudi Sumur YakubIndo-Leste-tentang bagaimana komunitas orang muda ini memanfaatkan Media Sosial (medsos) untuk menghimpun dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bersama serta menjadi sarana saling menginspirasi lewat online meeting yang diselenggarakan setiap akhir pekan. Sesi daritimIndonesia ditutup dengan dikumandangkan lagu Indonesia Tanah Air Beta oleh para peserta asal Indonesia sambil memegang bendera Merah Putih diiringi musik Sasando oleh Pastor John Bakok SVD yang sedang S3 Musik di Manila.Forum spontan request tambahan lagu maka mereka diajak menari bersama diiringi lagu Goyang ala Maumere versi Rohani yang dinyanyikan oleh 3 peserta asal Indonesia: Charlos Saka, Gisella Wenas dan Agustina Doren.
Sesi pertama hari ketiga diisi dengan sharing pengalaman dari 2 keynote speakers tamu: Bonnie Williams – Intern of Freeman Foundation, Junior Student of Philosophy and Religion of Furman University Amerika Serikat dan Anne-Marie Bos, O. Carm. dari Belanda – Academic Staff of Titus Brandsma Instituut, Nijmegen Belanda. Di bawah sub tema The Sacred in the Secular Space of the Youth, keduanya mensharingkan pergulatan dan perjuangan mereka sebagai orang muda dan bersama orang-orang muda untuk menghidupi nilai-nilai Kristiani di tengah situasi sekularisme di negara-negara mereka. Acara ini ditutup dengan input umum dari ISA Board Members tim penasihat Forum Spiritual ini dari berbagai kongregasi religius dan awam yang ada di Asia. Tim ini diwakili oleh Fr. Eliseo Mercado,Jr., OMI; Dr. Alfredo.Co; Fr. Daniel Franklin Pilario, CM; Sr. Ma. Anicia B. Co, RVM; dan Dr. Anne-Marie Bos, O. Carm. Masing-masing mereka memberikan tanggapan mereka atas forum spiritual Asia bertemakan Orang Muda dan Panggilan serta meberikan inspirasi-inspirasi untuk kami semua.
Forum Spiritual Asia tiga hari ini ditutup dengan ceremoni penuntupan. Panitia menobatkan peserta asal Indonesia sebagai peserta paling aktif dan kreatif baik dalam presentasi-presentasi mereka maupun selama forum tiga hari ini berlangsung. Tentunya menjadi inspirasi tersendiri bagi orang muda Indonesia yang mengikuti Forum inidan mudah-mudahan menjadi bahan inspirasi bagi orang muda katolik di Indonesia agar terus berjuang memberi yang terbaik bagi Bangsa dan Gereja sehingga semboyan menjadi 100% warga Negara dan 100% warga Gereja bisa terwujud.
(Oleh: Anastasia Gisella Wenas, anggota Komunitas Muda-Mudi Sumur Yakub Indo-Leste dan salah satu peserta Forum Spiritual Asia di Manila)