Belasan ribu orang muda telah berdatangan dari seluruh Eropa mulai tanggal 26 Desember 2018 dan tersebar di seluruh Kota Madrid, Spanyol untuk mengikuti peziarahan iman dan pertemuan internasional orang muda seluruh Eropa yang diadakan oleh Komunitas Religius Kristiani Taize yang berpusat di Perancis dan bekerja sama dengan Keuskupan Agung Madrid mulai hari Kamis (27/12/2018) hingga hari Rabu (2/01/2018). Dalam pertemuan tersebut hadir pula orang-orang muda dari Asia, Afrika, dan Australia.
Pada hari Selasa (25/12/2018) para Bruder Taize dan permanent atau volunteer yang tinggal Komunitas Taize tiba di Colegio Santa Maria Imaculada, Madrid, Pukul 03.00 sore waktu Spanyol dari Perancis setelah melakukan perjalanan panjang dan melewati pegunungan Pyrene.
Pada hari Rabu (26/12/2018) sampai hari Jumat pagi (28/12/2018) dilakukan penerimaan terhadap orang-orang muda yang datang dari berbagai negara di Eropa, ibadat siang, serta ibadat malam di Colegio San Agustin, 100 meter dari Stadion Real Madrid (Santiago Bernabeu).
Belasan ribu orang muda ini selama pertemuan dibagi ke seluruh umat Katolik atau Paroki-paroki dalam Kota Madrid untuk tinggal dan mengalami perjumpaan dengan orang lain disekitarnya. Dari jadwal yang ada seluruh orang muda ini akan mengikuti ibadat pagi atau misa pagi di Paroki tempat tinggalnya, sharing group, ibadat siang, mengikuti seminar-seminar, lalu berkumpul di International Feria De Madrid (IFEMA) untuk mengikuti makan malam dan selanjutnya berdoa bersama para Bruder Taize.
Seluruh orang muda yang berjumlah belasan ribu ini datang dari berbagai denominasi Kristen bahkan yang tidak memiliki iman atau agama. Mereka datang karena ingin mengalami kasih Allah secara langsung dan dipersatukan oleh Kristus sendiri.
Dihadapan orang-orang muda sesaat setelah ibadat malam di Feria De Madrid, pada hari Jumat (28/12/2018) pukul 20.00 waktu Spanyol, Br. Aloys, Pemimpin Komunitas Biarawan Taize mengungkapkan rasa bahagianya.
“Sangat membahagiakan untuk memulai pertemuan orang muda Eropa malam ini di kota Madrid ini. Untuk sampai di sini, beberapa dari kalian telah melakukan perjalanan yang sangat panjang. Kota Madrid dimana banyak komunitas Kristiani, banyak komunitas agama, banyak keluarga, dan bahkan orang-orang yang tinggal sendiri menyambut kita. Mari kita mengucapkan terima kasih banyak kepada mereka untuk kemurahan hati ini. Keramahan yang diberikan kepada kita menyentuh setiap hati kita. Setiap tahun, selama lebih dari empat puluh tahun ini, berkat pertemuan peziarahan iman di bumi, kita telah mengalami bahwa keramahan adalah sumber kegembiraan. Jangan sampai kita melupakan keramahan. Ini adalah panggilan yang ingin kita dalami setiap hari dan sepanjang tahun yang akan datang, dalam hidup kita, di komunitas Taize, dan tempat lain,” ucap Bruder Aloys memecah keheningan.
Lebih lanjut Bruder Aloys mengatakan jika dalam jadwal pertemuan, orang-orang muda akan menemukan lima proposal untuk tahun 2019, yang membuka jalan untuk refleksi dan tindakan.
Selain itu Bruder Aloys yang berasal dari Jerman ini mengungkapkan jika Tahun 2018 terjadi perjumpaan diantara orang-orang muda dan mengalami keramahan yang luar biasa. Sebab pada bulan Agustus, dua ribu orang muda dari seluruh Asia, dan benua lain, juga berkumpul untuk pertemuan di Hongkong. Tujuh ratus orang muda datang dari Mainlad Cina. Pada pertengahan tahun 2018 ada pertemuan dan terjadi keramahan yang sama di Lviv, Ukraina. Orang-orang muda dari semua denominasi Kristen yang hadir di negara ini menyambut orang-orang muda dari tempat lain dan mereka berkumpul bersama dalam doa bersama. Ini adalah tanda-tanda harapan: tanda-tanda bahwa generasi muda dapat mempersiapkan diri mereka bagi kemanusiaan dan masa depannya yang ditandai oleh kerja sama dan bukan oleh persaingan. Keramahan membuat kita dekat, melampaui perbedaan dan bahkan perpecahan yang ada di antara orang Kristen sendiri, antara agama, antara orang-orang yang beriman, dan orang yang tidak beriman, maupun dalam perbedaan pandangan politik. Tentu saja, keramahan menghapus perpecahan ini serta mampu mendengarkan dan berdialog.
“Keramahan adalah nilai dasar bagi setiap manusia. Kita semua berada di dalam kehidupan seperti bayi-bayi kecil dan rapuh yang perlu disambut sehingga dapat hidup. Tujuan lain dari kemurahan hati, bahwa hidup kita sendiri sebagai hadiah yang telah kita terima dari Allah. Dan keyakinan ini dipupuk oleh iman. Kita baru saja membaca halaman pertama dari Alkitab. Kisah hebat ini dimaksudkan untuk membantu kita memahami bahwa semua yang ada adalah hadiah dari Allah. Langit dan bumi, samudera, malam dan siang, semuanya berasal dari Allah. Dan dalam semua yang ada, Tuhan Allah hadir melalui nafas-Nya, Roh-Nya. Kita pun harus bersyukur karena hidup ini adalah hadiah yang telah diterima. Maka marilah kita mencari dan kita akan menemukannya,” tutup Bruder Aloys yang ditunjuk langsung Bruder Roger sang pendiri Komunitas Taize untuk menjadi penggantinya ini disambut tepuk tangan meriah belasan ribu orang-orang muda.
Terjadi pemandangan yang sangat menarik dan mengharukan sebab saat belasan ribu orang-orang muda ini akan kembali ke rumah tempat tinggal masing-masing di Kota Madrid, di Stasiun Metro Feria De Madrid, dalam barisan secara bersama-sama menyanyikan lagu Kidung Maria, Magnificat Anima Mea Dominum, dan terus berlanjut sampai di dalam kereta api.
Magnificat adalah nama nyanyian pujian Maria yang dicatat di Injil Lukas (1:46-55). Dinyanyikan oleh Maria pada saat ia mengunjungi Elisabet yang waktu itu sedang mengandung Yohanes Pembaptis (Lukas 1:39-45). Nama Magnificat, yang artinya “memuliakan”, diambil dari kata pertama nyanyian pujian ini dalam teks bahasa Latin (Magnificat anima mea Dominum – Jiwaku memuliakan Tuhan.
Disaat devosi, doa, dan iman mulai perlahan-lahan ditinggalkan oleh orang-orang muda yang menyebut diri mereka generasi milenial di seluruh eropa karena perkembangan sains juga sekularisme, ternyata pujian untuk Tuhan tetap ada di dalam hati mereka. Mereka tetap merindukan sosok Bunda Maria yang mengajarkan penyerahan diri secara total kepada Tuhan sehingga Tuhan Allah berkarya dalam dirinya.
(FWL dan Anastasia Novi Praptiningsih)