Cintaku Berpaut Di Madrid

Pengalaman kasih Allah yang terjadi di Kota Madrid lewat perjumpaan dengan semua orang muda yang datang dari berbagai negara di Benua Eropa saat pertemuan internasional orang muda Eropa mulai tanggal 26 Desember 2018 hingga berakhir tanggal 2 Januari 2019 yang diadakan Komunitas Taizé, sangat membekas dan menjadi kisah hidup yang bakal dikenang selama hayat dikandung badan. Bagaimana tidak?  dalam perjumpaan ini, selain mengalami keramahan dari keluarga-keluarga yang menerima kami dari benua lain (Asia dan Afrika) untuk live in, kami juga berkesempatan berkenalan dengan teman-teman sesama orang muda yang datang dari seluruh Eropa.

 

taisih3Ada banyak kisah yang terjadi. Ada yang mencari cara ingin berkenalan dengan pemuda Portugal, ada yang mencari kesempatan untuk dapat menukar nomor HP dengan gadis Polandia, atau ada yang selama tujuh hari pertemuan itu sok kenal dan sok dekat dengan gadis dari Belanda. Atau ada yang jatuh cinta dengan gadis dari Indonesia, Croatia, atau Jerman. Istilahnya sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Sekali di Madrid, nomor teleponkawan baru memenuhi memori. Walaupun seperti itu, sukacita, kegembiraan, dan keramahan terjadi diantara orang muda sekalipun orang asing yang baru dikenal.

 

Seperti dalam tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman akan kasih Allah di Madrid, saya sungguh mengalami perjumpaan itu dan menemukan makna keluarga dari keluarga baru saya, Mama Cristina dan anak angkatnya Donald yang berasal dari Afrika. Telah saya ceritakan kondisi Donald dan bagaimana mama Cristina mencurahkan kasihnya sebagai seorang ibu.

 

Keluarga Bapak Rafael ini adalah umat Katolik Paroki San Vincente de Paul dan tinggal di apartemen, lima blok dari rumah mama Cristina yakni di Jalan Calle de Padre Damian, Nomor 4D. Keluarga ini juga oleh Pastor Paroki San Vincente de Paul diminta untuk menerima empat orang gadis Kroasia. Bapak Rafael mengaku jika dirinya beragama Katolik Lima belas tahun yang lalu, dan sekarang tidak lagi beragama. Baginya beragama dan tidak beragama sama saja. Sedangkan Mama Maria dan Putera mereka David masih memeluk Katolik walaupun jarang ke Gereja. Maka jadilah kami pun berkenalan.

 

Tanggal 27 Desember 2018 sekitar jam 10.00 pagi saya ditelepon oleh Mama Cristina untuk kembali ke rumah dari Colegio San Agustin (di dekat Stadion Real Madrid Santiago Bernabeu) untuk menemaninya menjemput para gadis ini di Paroki sebab Mama Cristina tidak dapat berbicara Bahasa Inggris serta mengantar mereka ke rumah keluarga Bapak Rafael yang jika berjalan kaki hanya lima belas menit saja.

 

Setelah saya tiba di rumah, bersama Mama Cristina kami menyusuri Jalan Avenida de Abrantes menuju Paroki San Vincente de Paul. Paroki San Vincente de Paul tepat berada di antara bangunan toko dan apartemen serta tidak jauh dari Stasiun Metro Plaza Eliptica.

taisihh1Saat kami menjumpai mereka di halaman Gereja, ternyata empat gadis asal Kroasia ini dapat berbicara Bahasa Spanyol. Jadilah bersama Mama Cristina mereka bercerita sambil tertawa-tertawa. Saya pun dikenalkan oleh Mama Cristina sebagai anak tertuanya yang berasal dari Indonesia. Tentu saja selalu dengan panggilan mi corazón (buah hatiku). Keempat gadis ini sangat ramah, supel, dan sangat tertarik dengan Indonesia. Jangan main-main mereka sangat menyukai bola kaki sama seperti Presiden mereka Kolinda G Gitarovi yang menarik perhatian dunia lantaran melakukan selebrasi kemenangan Kroasia kontra tuan rumah Rusia dalam Final Piala Dunia dan mengenakan jersey Timnas negaranya. Dia duduk di kursi VIP Fish Stadium, Juli 2018 lalu ditemani legenda sepak bola Kroasia Davor Suker, Presiden FIFA, Gianni Infantino serta Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev.  Sangat menarik karena dapat berkenalan dengan mereka. Nama-nama mereka adalah Monika, Valentina, Zeza, dan Petra. Dari percakapan yang terjadi diantara kami, saya mengetahui jika mereka dapat berbicara Bahasa Spanyol karena setiap hari mereka menonton Telenovela, serial film Spanyol yang ditayangkan di salah satu Stasiun TV di negara mereka. Saya jadi ingat Telenovela yang sempat booming di tanah air beberapa waktu lalu seperti Betty La Vea dan Anna Maria. Akhirnya kami pun berjalan kaki menuju rumah keluarga Bapak Rafael setelah terlebih dahulu menanti kedatangan David Putera Bapak Rafael yang datang untuk turut menjemput keempat gadis Kroasia ini. Dalam perjalanan saya mencoba untuk lebih menggali kehidupan dan karakter mereka. Namun jujur saja saya sudah jatuh dan terjerembab pada perasaan menyukai salah satu dari keempat gadis ini pada permulaan pandangan. (assssoooooyyyyy)…

 

Pengalaman Madrid memang mengharu biru. Valentina adalah tipe gadis yang supel dan terbuka. Monika adalah gadis yang selalu menatap penuh perhatian jika kamu bercakap-cakap dengan dirinya. Petra walaupun supel namun memiliki karakter superior karena jika berbicara selalu meletakkan tangan di pinggangnya. Sedangkan Zeza adalah gadis yang pendiam namun murah senyum. Sungguh Allah menciptakan keindahan untuk dikagumi. Saat kami tiba di rumah keluarga Bapak Rafael dan Mama Maria, hidangan untuk santap siang telah disediakan. Ada makanan Spanyol seperti Paella Valenciana. Sesuai dengan namanya, makanan ini berasal dari wilayah di sekitar Valencia. Hidangan ini memiliki dua jenis, yaitu paella valenciana, yang terdiri dari daging kelinci dan ayam, serta seafood paella. Ada Patatas Bravas yang dalam bahasa Inggris, artinya “Brave Potatoes”. Makanan satu ini hampir mirip dengan kentang goreng pada umumnya. Namun yang berbeda, kentang dalam hidangan ini dipotong dadu, disajikan dengan saus pedas dan mayonnaise. Ada pula Jamon yang merupakan ham dalam bahasa Spanyol. (Ada 2 jenis jamon. Di antaranya jamon serrano, yaitu jenis ham yang paling umum yang berasal dari babi putih. Kedua, Jamon Iberico, yakni jenis yang lebih mahal dan berasal dari babi hitam. Penyajian ham ini harus diiris tipis, dan diletakkan di tengah-tengah roti) dan yang disajikan oleh Mama Maria adalah Jamon Serrano. Tidak lupa juga   sajian khas mirip dengan es buah yang ada di Indonesia, yaitu Sangria.

Kami menikmati hidangan ini dengan penuh kebahagiaan dan saling bercerita tentang keadaan negara masing-masing. Mereka sangat tertarik dengan daerah tropis seperti Indonesia. Banyak pertanyaan silih berganti dilontarkan kepada saya tentang budaya Indonesia, pariwisata, agama, dan situasi bencana alam yang menimpa Indonesia. Satu persatu saya jelaskan sambil diselingi nyanyian Taizé. Ubi caritas et amor, Ubi caritas Deus ibi est. (Di dalam cinta dan kasih, Di dalam cinta hadirlah Tuhan).

 

taisihh2Sangat benar. Di dalam Cinta dan Kasih akan hadir Tuhan, sekalipun orang asing yang tidak kita kenal. Di dalam Cinta dan Kasih Tuhan menunjukan karyaNya yang agung. Karya persatuan dan penyelamatan. Akhirnya kami pun menjalin persahabatan selama pertemuan orang muda Eropa di Madrid dan hingga saat kami tetap berhubungan lewat Email, FB, dan Whatsapp. Supaya kamu ketahui, gadis-gadis Eropa sangat susah untuk jatuh cinta pada laki-laki. Mereka membutuhkan waktu untuk dapat mengatakan “saya juga suka atau mencintaimu”. Hal ini disebabkan pola pikir mereka yang mementingkan rasionalitas. Namun Guys jangan menyerah. Batu yang keras akan hancur jika terkena tetesan air secara terus menerus. Demikian pun hati, jika terjadi persentuhan rasa secara berkesinambungan, percayalah bunga-bunga cinta akan bersemi di ladang kehidupanmu.

 

Mama Maria menyampaikan kepada saya, jika mukjizat dari Allah terjadi dalam rumahnya selama pertemuan orang muda yang diadakan oleh Komunitas Taizé ini. Anak mereka David tidak lagi berbuat onar atau menghancurkan barang-barang dalam rumahnya. Rupanya kehadiran kami di dalam rumah itu membuatnya bahagia dan patuh pada mamanya. David pun dipercayakan untuk menjadi penunjuk jalan bagi kami untuk mengelilingi Kota Madrid. Selama kurang lebih tujuh hari pertemuan dan kegiatan, David selalu bersama-sama dengan kami. David tidak dapat berbicara Bahasa Inggris. Dari ceritanya dia benci harus berbicara bahasa asing ini, namun kata David, dia telah memiliki kakak-kakak yakni saya, Richard, dan empat gadis Kroasia itu, membuatnya bertekad untuk kembali mempelajari Bahasa Inggris.

 

Selama kegiatan berlangsung saya dan empat gadis Kroasia ini sering bersama. Walaupun saya tinggal di Avenida de Abrantes dan mereka tinggal di dekat Stasiun Plaza Eliptica, setiap pagi setelah sarapan yakni jam tujuh pagi, saya nekad menyusuri jalan Avenida de Abrantes menuju Jalan Calle de Padre Damian menembus udara dingin dan kadang berkisar tiga derajat Celcius atau turun ke minus dua derajat Celcius, karena pada malam sebelumnya telah berjanji untuk menjemput para gadis ini.

 

Kami selalu bersama menggunakan Metro yang sama setelah berangkat dari Plaza Eliptica. Kami harus mengganti dua Metro berbeda. Metro pertama line 11 berangkat dari Stasiun Plaza Eliptica akan melewati Usera, Legazpi, Arganzuela-Planetario, Méndez Alvaro, Pacifico, Conde de Casal, Sainz de Baranda, O’Donnell, Manuel Bacera, Diego de Leὁn, Republica Argentina, dan kami akan tiba di Stasiun Nuevos Ministerios. Di Nuevos Ministerios inilah kami harus menggunakan Metro line 8 menuju Feria de Madrid (International Feria de Madrid/IFEMA) setelah melewati Colombia, Pinar del Rey, dan Mar de Cristal. Kadang kami tersesat bersama sampai tiga kilometer jauhnya. Namun pengalaman tersesat dengan seseorang yang membuat jantungmu berdegup itu akan lebih membahagiakan. Bahkan engkau berharap supaya peristiwa tersesat itu terus terjadi berulang kali.

 

Kami juga selalu bersama saat menuju pusat Kota Madrid. Karena beberapa kali doa siang dan seminar dilakukan di Katedral Almudena yang berdekatan dengan Royal Palace atau istana kerajaan Spanyol. Selalu saja dalam perjalanan ada sharing tentang pengalaman hidup di Taizé, kehidupan beragama di Eropa atau kehidupan beragama di Indonesia. Harus saya akui untuk sementara kehidupan beragama di Kroasia masih cukup kuat dibandingkan dengan negara Polandia yang mayoritas beragama Katolik atau negara Eropa lainnya. Rata-rata hampir seluruh negara di Benua Eropa 90 persen tidak lagi beragama. Dari pengalaman bersama para Gadis Kroasia ini, saya cukup kaget karena saat perayaan pergantian tahun di Paroki kami, Valentina marah-marah kepada hampir seluruh gadis dari Polandia dan Jerman lantaran mereka menggunakan baju yang terbuka dan seksi saat berada di dalam Gereja.

 

taiseh4Kini tibalah saat yang paling apes untuk kami. Tanggal 30 Desember 2018 mulai jam sepuluh malam hingga tanggal 1 Januari 2019 jam Empat pagi, seluruh Metro di Kota Madrid tidak beraktifitas. Otomatis, seluruh stasiun menjadi sepi. Saya, dan keempat gadis Kroasia ini hendak berangkat menuju Puerta del Sol untuk menyaksikan pesta kembang api. Setelah berada di dalam stasiun kami keheranan sebab suasana stasiun yang biasanya hingar bingar sangat sepi. Karena panik kami langsung bergegas untuk keluar sebab kami ketakutan jangan sampai ada teroris. (Teroris pernah memasang bom di salah satu stasiun Metro di Kota Madrid tahun 2004 yang lalu dan menewaskan dua ratus orang). Ternyata pintu terkunci. Selama hampir satu jam kami terkurung di dalam stasiun, bersyukur bahwa ada petugas keamanan yang sedang melakukan patroli menolong kami dengan menghubungi pelayanan Metro pusat untuk membuka pintu gerbang stasiun sehingga kami dapat keluar.

 

Kami akan berpisah satu sama lain. Tanggal 2 Januari 2018 jam tiga sore, empat gadis Kroasia pecinta bola kaki dan salah satu dari antara mereka yang sempat meluluhkan hati saya akan kembali ke negaranya. Dari salah satu tulisan di dalam surat kecil untuk saya ada penggalan ayat Kitab Suci yang sungguh menyentuh hati saya. “marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih (I Yohanes 4;7-8).

 

Perjumpaan dengan sesama orang muda di Madrid membuat saya sungguh merasakan kasih Allah. Kasih Allah lewat cinta, lewat perhatian, lewat kebersamaan, lewat sikap peduli dengan orang lain, lewat mendengarkan orang lain sekalipun dia adalah orang asing. Dari pengalaman ini juga semoga Allah membiarkan dua tangan berbeda warna kulit dan berlainan benua berbunyi saat ditepuk atas nama cinta sehingga inilah yang disebut cinta Allah yang sempurna dan paripurna.

 

bersambung………..

Madrid, 2 Januari 2019

Oleh Frids WL dan Anastasia Novi Praptiningsih   

 

 

 

Post Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *