Kisah perjamuan di Kana (Yohanes 2: 1-11) menjadi kisah hidup dalam membangun relasi dengan sesama. Maria menunjukkan kepekaan dengan kebutuhan orang di sekitarnya yakni kehabisan anggur waktu pesta pernikahan. Ia tidak diam tetapi berbuat sesuatu untuk membantu sesamanya.
Pengalaman Days in the Diochese (DID) WYD 2019 menjadi kisah hidup layaknya Maria yang membangun kepekaan dengan sekitarnya. Sejak pagi kami berkumpul untuk mengadakan jalan salib. Tugas pun dibagi untuk yang membawa salib dan membacakan renungan. Perhentian jalan salib adalah rumah dimana ada anggota keluarganya yang sakit. Kami berjalan lumayan panjang dan dibawah panas terik yang menyengat.
Perhentian pertama kami berdoa dengan anak yang mengalami cacat bawaan dan duduk di kursi roda. Kami disadarkan bahwa Yesus membela dan menjaga kehidupan. Kami diajak peka atas kehidupan di sekitar kami terutama pada mereka yang membutuhkan perhatian. Perhentian demi perhentian kami lalui. Ada yg sakit karena usia lanjut, ada yang lumpuh, ada yang sakit karena kecelakaan. Ada kehidupan yang perlu kita perhatikan dan perjuangkan. Setiap selesai berdoa dan merenungkan perhatian, para pastur memberi berkat pada yang sakit. Yah kami merasakan Maria menjadi perpanjangan tangan untuk terjadinya mukjijat air menjadi anggur. Perhatian yang kami lakukan adalah bagian mukjijat sapaan dari Allah. Allah hadir lewat kita semua.
Pengalaman kami diterima di Capella San Josse adalah mukjijat pula. Kami diterima dengan baik layaknya anggota keluarga. Dalam waktu singkat meskipun kesulitan bahasa dan berbeda budaya kami cepat akrab dan bisa bekerjasama. Dalam perayaan Ekaristi kami mengungkapkan satu sama lain bahwa “engkau adalah mukjijat bagiku”. Mau kah engkau jadi mukjijat bagi sesama??