Sabtu, 26 Januari 2019
Ribuan anak muda mulai datang ke lapangan Santo Yohanes Paulus II, untuk mengikuti acara sore itu dengan Paus Fransiskus. Pelan-pelan matahari musim panas Panama terbenam. Lapangan mulai penuh dan tampak seperti karpet warna-warni karena payung dan jaket para peserta.
Sambil menunggu pukul 5.30, mereka bermain kartu, bernyanyi, menari, beristirahat, sementara ada pula yang membasahi diri di pusat-pusat air yang disediakan. Anak-anak muda itu rela meninggalkan menyamanan dan kemewahan yang biasa dirasakan oleh beberapa dari mereka. Namun tetap saja, banyak dari mereka yang mengeluh karena buruknya jaringan dan sinyal.
Paus tiba di situ saat matahari hampir terbenam. Seketika lapangan meledak dengan riuh rendah sambutan bagi pemimpin tertinggi Katolik ini.
Paus menyambut mereka dengan senyum yang lebar sambil mengelilingi lapangan dengan Papa Mobil. Koor menyanyikan lagu hymne resmi Hari Anak Muda Sedunia.
Mula-mula mereka mendengar kesaksian dari Erika Bucktron, seorang ibu dari Panama yang memiliki putra penderita Sindrom Down. Kemudian, kesaksian berikutnya dari Alfredo Martínez, dari Panama, yang bercerita bagaimana krisis ekonomi keluarganya telah membawa dia menjadi pencandu narkotik dan melakukan banyak kenakalan remaja.
Kesaksian-kesaksian tersebut menunjukkan bagaimana mereka dapat melewati segala kesulitan dan halangan. Mereka adalah perwakilan dari para kaum muda masa ini yang cenderung menjadi kurban segala bentuk konsumisme dan individualisme.
Paus berkata, “Tentu sulit menerima kedatangan seorang bayi yang cacat.” Paus berkata menanggapi kesaksian Erika. “Namun para orangtua mendedikasikan diri dan seluruh hidupnya untuk mencintai dan berkata ‘Ya’. Hanya mereka yang mau mengasihilah yang dapat diselamatkan,” tegas Paus Fransiskus.
Kemudian, Paus juga menyinggung tentang akar, sebagai analogi dari keluarga, menanggapi kesaksian Alfredo. Paus berkata, “Memang mudah terbang ketika kita tidak punya akar yang menahan atau menopang kita”.
Paus menyatakan rasa empatinya dengan mengatakan bahwa banyak anak muda yang merasa tidak terlihat, merasa ditinggalkan. Paus berkata, “Bangaimana anak-anak muda seperti itu dapat merasakan bahwa Tuhan itu ada, jika tidak ada saudara-saudara yang peduli kepada mereka?” Atas pertanyaan itu, Bapa Suci menjawab sendiri, “Tidak cukup dengan terhubung melalui internet sepanjang hari, kita bisa merasa dicintai dan diakui. Perasaan diterima dan diakui itu jauh lebih besar daripada sekedar terhubung dengan jaringan”.
Paus meneruskan, “Bertumbuh dan bertunas hanya mungkin apabila anak-anak muda mendapatkan kehangatan cinta dalam keluarga dan sebagai bagian dari suatu komunitas. Dengan demikian mereka akan dapat menemukan horizon yang baru.”
Paus berbicara dengan bahasanya, bahasa Spanyol. Dia menggunakan istilah seperti ‘awan’, ‘terbang’ dan ‘pengaruh’. Kata pengaruh ini dia gunakan dalam hubungannya dengan Perawan Maria, yang adalah pemudi yang paling berpengaruh dalam sejarah.
Melalui teladan Maria ini, Paus mengajak kaum muda untuk berani berkata ‘Ya’ pada komitmen, dan untuk berani mengambil resiko dalam hidup.
Paus menutup pesannya dengan bertanya, “Apakah kalian siap untuk berkata ‘Ya’?” Semua peserta dengan satu suara yang keras dan lantang menjawab ‘YA’!
Komkep KWI