Blasius Nahak Butuh Kaki Palsu Setiap Hari Duduk di Halaman parkir Kantor Gubernur NTT
KUPANG– Semua manusia tidak menginginkan dirinya dilahirkan dengan kekurangan fisik atau mengalami kecelakaan yang menyebabkan salah satu anggota tubuhnya cacat atau hilang. Akan tetapi itu semua adalah kehendak Tuhan. Hal ini pun dialami Blasius Nahak berusia 43 yang tahun berasal dari Dusun Beimauk, Rt 06 Rw 3, Desa Naas, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka.
Blasius Nahak adalah seorang pemandu wisata mandiri yang pernah bekerja selama sepuluh tahun di Bali. Putera keempat dari enam bersaudara ini adalah anak dari Almarhum Simon Nahak dan Meliana Seuk Tou. Nahak mengalami patah tulang akibat kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya. Akibat dari kecelakaan itu juga ia harus kehilangan kaki kirinya akibat diamputasi.
Hal ini diceritakannya saat berada di tempat parkir halaman belakang Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Jumat (16/8/19) pukul 14.00 wita.
Menurut pria yang fasih berbahasa Inggris ini, dirinya mengalami kecelakaan di sekitar Legian, Kuta, Bali pada tahun 2012 akibat ditabrak oleh seseorang yang mengendarai mobil dan sedang dalam kondisi mabuk akibat miras. Saat itu ia sedang mengantar seorang turis asal Amerika Serikat dengan menggunakan sepeda motor. Naas menimpa dirinya dan turis tersebut. Kondisi mereka saat itu sangat parah dan sempat tidak sadarkan diri. Bersyukur oleh penduduk sekitar dirinya dan turis itu dilarikan ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar.
Setelah seminggu di rumah sakit dokter yang merawat dirinya mengatakan jika kaki kirinya mengalami patah tulang dan tidak dapat disembuhkan oleh karena itu harus diamputasi.Jika tidak dipotong maka akan mengakibatkan infeksi dan sangat berbahaya. Antara rasa putus asa dan pupus harapan dirinya menyanggupi perkataan dokter itu walaupun risikonya sangat besar. Dokter menjelaskan jika setelah diamputasi akan dipasang kaki palsu. Namun kaki palsu yang dijanjikan itu tidak diberikan.
Jadilah kakinya diamputasi oleh tim dokter Rumah Sakit Sanglah Denpasar dengan biaya yang ditanggung oleh kawan-kawan turis yang mengenalnya. Bagai mimpi buruk yang menakutkan hal itu sungguh terjadi dan saat ia sadar dari pengaruh obat bius kaki kirinya telah hilang dan terpotong hingga di pangkal paha.
“Saya hanya bisa menangis dan meratapi kesialan saya. itu terjadi satu bulan sebelum saya akan menikah. Pacar saya tahu jika anggota tubuh saya sudah ada yang hilang dia pun memutuskan hubungan kami. Saya sangat kecewa dengan Tuhan. Mengapa Tuhan memberikan saya musibah di saat saya sedang mengalami kebahagiaan. Selain itu pekerjaan saya sebagai pemandu wisata sangat menjanjikan. setiap bulan saya mendapat upah dari para turis itu dari lima juta sampai sepuluh juta rupiah. Saya pikir ini cukup untuk kehidupan berumah tangga saya dan menghidupi keluarga di kampung,” cerita nahak.
Lanjut Nahak mengisahkan, setelah tiga minggu dirawat dirinya memutuskan untuk pulang ke Malaka. Sesampai di sana ia diratapi oleh saudara-saudaranya dan mamanya. Mereka kaget bukang kepalang sebab dia pulang dengan kondisi cacat. Di Malaka dia dirawat oleh keluarganya dengan obat herbal dan mengalami kesembuhan.
Setelah itu ia ke Kupang untuk mencari uang untuk membeli kaki palsu. Ia tinggal di rumah kawannya di Naikoten I serta mulai mencoba bekerja dengan cara duduk dan menunggu para turis di halaman setiap hotel di Kota kupang. Setiap hari dilakukannya sampai ada seorang turis yang menjumpainya pada tanggal 15 Agustus 2013 di sebuah hotel. Dari bule asal Amerika Serikat inilah dirinya mendapatkan bantuan setelah ia menceritakan kejadian yang menimpa dirinya.
Keesokan harinya tanggal 16 Agustus 2013 turis itu bersamanya langsung terbang menuju Kota Ruteng dan selanjutnya ia dibawa ke Rumah Sakit Katolik Santo Rafael Cancar. Di sanalah ia dirawat lagi dan dipasangkan kaki palsu oleh Suster Virgula. Dari Suster dan turis asal USA bernama Michael yang menolongnya, ia mengalami kekuatan dan peneguhan untuk terus melanjutkan hidupnya. Seluruh biaya perawatan dan membeli kaki palsu itu dibantu oleh Michael ini. Pada saat di Cancar ini saya belajar untuk menggunakan kaki palsu selama dua minggu.
“selama menggunakan kaki palsu ini saya dapat melakukan aktivitas dan menjadi pemandu wisata lagi selain itu juga sebenarnya saya ingin membuka kios. Saat ini kaki palsu saya sudah rusak dan saya susah menggunakannya. saya sangat mengharpkan bantuan pemerintah atau siapa pun yang peduli. Makanya lewat Bapak sebagai Pers ini saya mengeluarkan uneg-uneg saya,” ucap Nahak.
Nahak juga mengakui selama ini ia membuat proposal ke Dinas Sosial Provinsi NTT dari masa Wilem Foni sebagai Kepala Dinas. Hasilnya nihil. Ia tidak pernah mendapatkan bantuan yang diharapkannya. Bahkan oleh beberapa oknum di Dinas Sosial NTT meminta agar proposal atas nama dirinya diurus oleh pihak kedua. Jika bantuan datang pihak kedua ini yang akan menerima dan menyalurkan kepadanya. Dugaan Nahak ini adalah permainan supaya bantuan ini akan mereka “tilep”.
“saya sudah capek ke Dinas Sosial. Di sana saya dilempar ke sana kemari. Bahkan kedatangan saya itu selalu ditanggapi dengan sikap dingin. Sekarang saya setiap hari duduk di tempat parkir Kantor Gubernur NTT supaya jika ada pejabat yang melihat saya dan berempati kepada saya dapat menolong saya. Saya juga sudah masukan proposal ke Humas Setda NTT dan telah didisposisikan ke Bapak Wakil Gubernur hanya jawabannya adalah masih menunggu perubahan anggaran. Padahal saya butuh sekali bantuan supaya kaki palsu ini yang sudah rusak dapat diganti. Ya saya tidak mampu beli karena sangat mahal. Bahkan kadang saya ingin mengakhiri hidup saya jika saya merasa ini adalah situasi yang sangat sulit,” jelas pria ini sambil terbata-bata.
Kepada Media ini Nahak mengatakan jika selama ia masih menjalani kehidupan secara normal ia banyak memiliki sahabat akan tetapi ketika mereka tahu ia tidak punya apa-apa lagi ia ditinggalkan. Bahkan keluarganya berlaku demikian.
“saya hanya bilang kamu semua yang masih utuh anggota badannya harus dijaga itu jika kamu sudah seperti saya ini maka kamu akan kesepian dan dibuang karena tidak bisa buat sesuatu,” tandasnya.
saat ditanya sampai kapan ia harus duduk di tempat parkir Kantor Gubernur NTT, Nahak menjawab sampai Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan Wakil Gubernur NTT Yosef Nae Soi menerima kehadirannya sebab ia ingin bertemu langsung.
“selama ini saya datang ke kantor ini saya tidak dipedulikan. Jika Bapak Gubernur atau Bapak Wakil Gubernur telah membantu, saya akan kembali menjadi pemandu wisata karena saya sangat mendukung program pariwisata mereka. Saya pun akan mendirikan tempat kursus bahasa Inggris gratis untuk siapapun yang mau menjadi pemandu wisata,”. tuturnya sambil mencabut kaki palsunya yang tersambung dengan pangkal pahanya. (frids wawo lado)