Pada Sabtu, 6 Juni 2020 pkl. 18.30 WIB, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Sanctus Albertus, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Jember periode 2019-2020 menyelenggarakan Online Discussion dengan menggunakan Google Meet dengan tema ‘New Normal, Bangkit dan Terlibat’.
Pembicara dalam diskusi tersebut adalah Emil Elestianto Dardak (Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024), Nikolas Dwi Setio Aji (Ketua Presidium DPC PMKRI Cabang Jember periode 2019-2020), Prasetyo Nurhardjanto (Dosen Unika Atma Jaya Jakarta, Alumnus PPRA Lemhanas RI 2013), Irine Gayatri (Peneliti LIPI, kandidat doktor di Monash University Australia) serta Ewaldus Bole (Presidium Pengembangan Organisasi PP PMKRI periode 2020-2222). Berlaku sebagai moderator adalah Anastasya Yunitasari.
Indonesia di Tengah Politik Global Era Pandemik
Emil Dardak banyak membagikan pengalaman Jawa Timur dalam menghadapi Corona. Disampaikan, kasus terbanyak ditemukan di kota Surabaya, diikuti Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Lamongan.
Prasetyo, sebagai alumnus Lemhanas, menyoroti persoalan Corona dari sisi ketahan nasional. Menurutnya, ketahanan nasional itu mencakup delapan gatra, yakni geografi, sumber daya alam, kependudukan, ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya serta pertahanan keamanan.
Fenomena yang terkait dengan delapan gatra itu misalnya penyebaran virus Covid-19 secara bertahap karena dampak geografi wilayah Indonesia yang berupa kepulauan. Produksi barang-barang impor dan produk domestik lesu karena terhambat social-distancing. Sementara itu, peningkatan pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari luar negeri.
Dari sisi ideologi, ada riak kecil isu tentang PKI sementara politik relatif stabil, isu lebih soal Pilkada 2020. Dari sudut ekonomi, nilai inflasi Mei 2020 mencapai 0,07% sedangkan aliran investasi asing mulai masuk dan nilai tukar USD sudah di bawah Rp14ribu. TNI-Polri relatif solid. Dalam hal sosial-budaya, muncul fenomena-fenomena baru tentang kebiasaan di.
Irene menyampaikan bahwa kata kunci ‘bagaimana Indonesia menghadapi Corona’ menghasilkan sebanyak 420.000.000 results keluar di mesin pencari Google dalam 0.53 detik. Nada berita luar negeri terkait Indonesia cenderung skeptis terkait klarifikasi jumlah penderita yang positif, dan mobilitasnya.
Politik luar negeri Indonesia memang secara formal tidak bersandar pada aliansi atau blok manapun. Saat ini ada gap dalam postur itu jika diletakkan dalam diskursus politik global pasca Covid. Kredo politik luar negeri di masa SBY adalah “thousands friends and zero enemy”, di mana Indonesia masuk ke dalam G 20 selain itu berpartisiapsi dalam panel tingkat tinggi PBB dan MDGs pasca-2015. Pada era Presiden Jokowi, politik luar negeri RI lebih ditujukan untuk menjadi bagian dari arus new developmentalism yang menekankan pada aspek ekonomi dan perlindungan orang Indonesia di luar negeri.
Menangani pandemi, Indonesia harus lebih asertif dalam strategi politik luar negerinya. Apalagi di awal pandemi ketika negara-negara lain sudah ‘full alert’ menangani pandemi, pemerintah Indonesia sempat terlihat tidak serius, dan ketika situasi memburuk akhirnya tidak siap. Multilateralisme sebaiknya lebih dikedepankan dengan menghitung kesiapan infrastruktur kesehatan, skala koordinasi antar negara, dan kecepatan pengambilan keputusan.
Sementara itu, Ewaldus menegaskan bahwa kedisiplinan adalah pertahanan terkuat. New Normal bukanlah suatu era, melainkan proses evolusi itu sendiri.
Dialog Interaktif
Dalam diskusi online malam itu, pemirsa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan dijawab oleh para pembicara secara bergantian.
Ada pertanyaan misalnya, tentang orang-orang yang masih berbisnis di tengah pandemi. Hal tersebut terkait dengan hukum pasar dan etika bisnis. Sementara itu, pertanyaan soal data yang dirahasiakan, dijawab dengan fakta bahwa semua resume medis juga tidak dibeber-beberkan begitu saja.
Pertanyaan menarik menyangkut ruang partisipasi masyarakat. Apa yang sebetulnya dapat dilakukan oleh masyarakat? Jawaban atas pertanyaan itu sederhana saja: membantu pemerintah, minimal mematuhi protokol. Selain itu, masyarakat juga dapat saling dukung. Sebagai contoh misalnya, ada penggunaan hashtag #rakyatbanturakyat.
Sebagai pamungkas, Prasetyo menyatakan bahwa New-Normal adalah proses perubahan tatanan sosial-budaya. Situasi pandemi adalah ujian bagi ketahanan nasional Indonesia. Irene mengingatkan bahwa Situasi pandemi adalah situasi abnormal. Semua pihak harus mampu menjaga diri agar tekanan psikologis tidak semakin berat. Guru misalnya, harus memahami bahwa anak-anak tidak boleh terus-menerus mengalami pembelajaran online karena ada efek yang tidak baik bagi mereka. (Helena D. Justicia)