Senin sore 27 Oktober 2020 kemarin, namamu sering disebut di media nasional www.kompas.id.
apakah itu kau ?

Rufinus Tigau, seseorang yang disangka anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KSB), ditembak mati di Kampung Sugapa.
September 2013, di bawah naungan Kementerian Keuangan RI kami menempuh pendidikan diploma di STAN-PKN dalam program Afirmasi Khusus Papua di Bintaro, Jakarta.
Meninggalkan Sugapa, Intan Jaya, pilihan Rufinus adalah kembali untuk dapat membangun daerahnya.
Orang yg biasa saya sapa ‘mepa’ (dalam bahasa Sugapa berarti ‘saudara’) adalah sosok paling sederhana, santai, sopan, murah senyum, dan paling rajin.
Rufinus beragama Katolik. Dia pernah menjadi anggota pemain tablo/ Jalan Salib Hidup di Paroki Bintaro – Gerja St. Matius Penginjil.
Bersama rekan-rekan OMK, Rufinus juga aktif di kegiatan KMK STAN.
Setelah kami sekolah, dia kembali ke Sugapa, Intan Jaya. Dia menjadi seorang Katekis/pewarta di Keuskupan Timika untuk membantu Para pastor di paroki. Ia menerjemahkan materi katekese ke dalam bahasa mereka.
Rufinus juga melayani umat di kampungnya. Rufinus adalah seorang yang terpelajar di kampungnya itu. Dia memiliki bekas luka panah di tubuhnya. Saya pernah kaget ketika dia ceritakan kisah saat remaja dulu: tidak sengaja berada di medan perang.
Bagi kami, menyelesaikan masalah tidak harus dengan senjata, perang, kejar-kejaran, tetapi dengan cara duduk dalam honai (rumah adat) lalu bicara, cerita, diskusi, dialog, atau menyelesaikan persoalan secara adat.
Dengan beberapa kesepakatan yg diambil, dilakukan bakar batu (tradisi pesta jamuan kasih) sebagai bentuk rekonsiliasi yang mendamaikan, mempererat, menyambungkan kembali tali persaudaraan yang sempat terputus.
Terimakasih Mepao, Kawanku Rufinus Tigau, untuk pelayananmu juga untuk kebersamaan kita, serta nilai-nilai positif yang kau tinggalkan.
Amakanie.
Selamat jalan, Mepa.. Pewarta dan kawanku,
ke pangkuan Bapa di surga.
Salomina