OMK: Berjiwa Nasionalis dan Inovatif

Komisi Kepemudaan (Komkep) Banjarmasin bersama Bimas Katolik Prov. Kalimantan Selatan mengadakan kegiatan pembinaan orang muda katolik (OMK). Kegiatan ini berlangsung tiga hari (2-4 September 2022) di Rumah Retret Sikhar, Banjarmasin dengan mengusung tema, OMK: Nasionalis dan Inovatif (OMK Milenial, Aktif, berwawasan kebangsaan nasional dan Kreatif dalam berwirausaha). Ada 45 orang muda yang merupakan utusan paroki-paroki dan 12 anggota tim hadir untuk belajar dan membina diri.

Komkep menjawab keresahan para pendamping OMK di Regio Kalimantan mengenai semangat kebangsaan orang muda dan juga ‘menatap’ Ibu Kota Negara baru di bumi Kalimantan. “Orang muda yang merupakan masa kini dan masa depan bangsa dan Gereja perlu memiliki kemampuan, skill dan juga semangat nasionalisme sehingga mampu bersaing. OMK harus menjadi penggerak, produsen dan kreator di tanah sendiri”, pesan Rm. Edi Taran Making, MSC dalam sambutan pembuka.

Panitia menyiapkan tiga materi seminar untuk membangkitkan semangat kebangsaan dan jiwa inovasi dalam berwirausaha.

OMK: Berani terjun dalam dunia politik kebangsaan

Ada anggapan bahwa Orang Katolik tidak suka terlibat dalam dunia politik. Kenyataan menunjukkan bahwa di Kalimantan Selatan hanya sedikit saja orang Katolik yang mau berjuang menjadi anggota DPR baik di daerah maupun pusat. Keanggotaan dalam partai pun dapat dihitung dengan jari karena masih merasa minoritas di daerah ini dan juga memiliki pemahaman yang keliru tentang politik. Dunia politik diidentikan dengan Korupsi Kolusi Nepotisme, kekuasaan, dan stigma jelek lainnya sehingga orang Katolik tidak mau ikut masuk di dalamnya. Dampaknya sungguh luar biasa, yakni kita tidak bisa terlibat dalam kebijakan-kebijakan untuk kehidupan orang banyak. Nilai kekristenan, Ajaran Sosial Gereja yang begitu bagus hanya menjadi pengetahuan belaka karena tidak mampu memberi dampak dalam kehidupan bersama. Bpk. Willy Bastian, narasumber materi ini, memberikan realitas ini untuk memberi gambaran akan situasi politik saat ini dan keterlibatan orang Katolik di dalamnya.

Ketua Vox Point Kalimantan Selatan ini mengajak orang muda untuk tidak takut terjun di dunia politik. Gereja harus hadir untuk memberi dampak positif dengan nilai-nilai Kristiani untuk kehidupan banyak orang. Ia pun memotivasi orang muda yang punya minat dalam dunia politik untuk berani terbuka, berani bergabung dalam berbagai organisasi, terjun dalam dunia politik praktis seperti partai politik. Untuk mereka yang jauh dari kota, Bapak Willy pun mengajak OMK sebagai penggerak utama secara khusus meningkatan pengetahuan. Di akhir materi, Bapak Willy menaruh harapan kepada OMK agar beberapa tahun ke depan ada yang bisa menjadi ketua RT, Kepala Dusun, Kepala Desa, Camat, DPRD, ada di Bawaslu, KPU dan lainnya.

 

OMK: Siap berwirausaha yang ramah lingkungan

Pemerintah mendorong masyarakat untuk berwirausaha dengan membuka peluang kerja dari sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Pemerintah memberikan peluang atau kesempatan untuk kemandirian dengan mempermudah perizinan, modal, pemasaran dan lainnya. Orang Muda Katolik perlu menanggapi peluang ini dengan ikut ambil bagian di dalamnya. Priska Deyana, lulusan jurusan pertanian, memaparkan situasi saat ini untuk memancing semangat OMK dalam berwirausaha.

Dalam materinya, ia memaparkan spirit seorang wirausaha yakni gagal 7 kali namun harus bangkit lagi 8 kali. Kegagalan dalam usaha bukan menjadi akhir tetapi peluang untuk meningkatkan kualitas, metode dan hal-hal lainnya untuk menghasilkan produk yang baik. Dan sebagai seorang lulusan jurusan pertanian, ia mengajak orang muda untuk berwirausaha dengan semangat Laudato Si (ensiklik Paus Fransiskus tentang menjaga bumi sebagai rumah bersama), yaitu berwirausaha namun ramah lingkungan.

Para peserta disajikan salah satu contoh bentuk wirausaha yang bisa dilakukan di rumah masing-masing, menggunakan bahan rumah tangga dan tentu ramah lingkungan. Usaha itu adalah Ecoenzym yang saat ini menjadi suatu gerakan bersama. Ecoenzym adalah larutan kompleks hasil fermentasi dari limbah organik, seperti limbah rumah tangga kulit buah, sayuran. Ecoenzym sendiri memiliki banyak manfaat, termasuk sebagai pembersih lantai, pembersih sayur dan buah, penangkal serangga, pencegahan alergi dan penyubur tanaman. Selain mengurangi konsumsi produk berbahan kimia yang dapat merusak lingkungan, eco enzyme memiliki nilai ekonomi karena secara langsung mengurangi pengeluaran finansial. Lalu hasil dari ecoenzym ini juga dapat dikomersilkan dan menjadi ladang untuk berwirausaha.

Di akhir materi, para peserta melakukan demo pembuatan ecoenzym dari kulit buah jeruk. Para peserta juga sangat aktif bertanya mengenai cara pembuatan dan kegunaan ecoenzym lebih lanjut.

Harapan besar adalah ketrampilan membuat ecoenzym ini dapat diterapkan kembali di paroki masing-masing.

OMK: Siapkan amunisi sebelum berperang

“Kesuksesan dalam berwirausaha tidak lepas dari proses perencanaan yang benar”, ungkap pemateri ketiga Bro. Agustinus Koesdinanta (ketua Pemuda Katolik Kalimantan Selatan). Kata-kata ini menjadi motivasi dan memacu para peserta untuk mulai berpikir, membuat perencanaan, marketing dan lainnya. Materi ketiga ini membahas secara khusus tentang perencanaan bisnis (business plan) sebagai lanjutan dari materi berwirausaha.

Proses pembuatan perencanaan bisnis sangat jarang dilakukan. Karena itulah, kadang usaha tidak berjalan dalam jangka panjang. Proses Produk, Marketing dan Operasional menjadi poin penting sekaligus amunisi dalam pembuatan perencanaan bisnis untuk suatu usaha. Ketika perencanaan bisnis terbentuk, pelaku usaha sudah mempunyai rancangan, dan arah usaha yang akan dijalankannya.

Kemudian, para peserta diminta membentuk kelompok berdasarkan Dekanat dan mendiskusikan apa produk yang mau dibuat, bagaimana marketingnya dan juga proses operasionalnya. Setelah berdiskusi, masing-masing kelompok mempresentasikan dan mendapat tanggapan dari para peserta lainnya dan juga pemantapan dari bro Tinus. Produk-produk yang dipresentasikan adalah usaha jamur krispi karena mereka sudah menjadi petani jamur. Ada yang mau memproduksi pisang coklat dan keju karena bahan baku tersedia dari kebun-kebun umat. Ada kelompok lain yang memproduksi sabun cuci piring dan juga makanan ringan yang bahan bakunya tersedia di daerahnya masing-masing.

OMK yang Nasionalis dan Inovatif membutuhkan keberanian dan kemauan yang besar. Orang Muda harus berlari lebih cepat karena masih memiliki kesempatan, tenaga lebih kuat, kemampuan berteknologi dan kreatif. Kita tidak bisa lagi menjadi penonton atau penikmat hasil kerja keras orang tua. Ibu Kota Negara sudah ada di daerah kita, peluang usaha terbuka lebar dan banyak orang akan melirik tempat kita sebagai lahan usaha. Apakah kita sekedar bangga sebagai orang dekat Ibu Kota Negara? Inilah tantangan yang diberikan oleh Pastor Edi dalam pesan penutup kepada para peserta.

Ia pun mengajak para peserta untuk membagikan semua pengalaman selama tiga hari ini kepada teman-teman di paroki masing-masing sehingga semangat ini menjadi suatu gerakan bersama. Berani terlibat dalam kehidupan sosial masyarakat, berani untuk mencoba, dan berani untuk membuka peluang baru.

Tim media KomKep Banjarmasin

Post Author: komkep kwi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *